About idfwebsite

This author has not yet filled in any details.
So far idfwebsite has created 298 blog entries.

Muhammad Abe

Aktor, produser, dan peneliti yang tinggal di Jogjakarta, menjabat sebagai Direktur Indonesia Dramatic Reading Festival (IDRF) sejak 2019. IDRF adalah satu-satunya festival penulis naskah yang diprogram dan dikurasi di Indonesia sejak 2010. Ia juga bekerja sebagai produser untuk Gymnastik Emporium, sebuah kolektif yang menciptakan pertunjukan di ruang publik melalui kolaborasi dengan masyarakat.

Peangdao “Yoi” Jariyapun

Produser, peneliti, dan aktris dengan gelar M.A. dalam Seni Drama dari Universitas Chulalongkorn, Bangkok. Sebagai anggota inti Bangkok International Performing Arts Meeting (BIPAM) dan salah satu pendiri Thai Theater Foundation, ia mendukung komunitas teater lokal melalui penelitian, produksi, festival, dan advokasi, dengan fokus pada pengembangan audiens dan peningkatan aksesibilitas seni.

Joned Suryatmoko

Aktor, pembuat teater, penulis naskah lakon, dan peneliti yang tertarik pada batas teater dan seni pertunjukan, isu kewarganegaraan, serta isu gender. Ia mendirikan kelompok teater Gardanalla pada tahun 1997, membuat berbagai pertunjukan dan membangun jejaring dengan beragam komunitas, dari masyarakat adat, remaja, pekerja seks, komunitas LGBT, anak jalanan, dan kaum difabel.

Rama Thaharani

Produser independen dengan pengalaman lebih dari dua dekade dalam produksi seni pertunjukan dan festival, dengan jaringan di lingkup lokal maupun global. Keutamaannya terletak pada membangun kolaborasi yang bermakna dan memfasilitasi pertukaran budaya yang didasarkan pada interaksi antar pribadi yang setara untuk dampak yang lebih berkelanjutan.

Sekar Alit

Penari, koreografer, manajer pertunjukan, pembicara seminar seni pertunjukan, produser, dan dosen tari yang tinggal di Surabaya, Indonesia. Karya-karyanya terinspirasi dari berbagai isu sosial yang terjadi di masyarakat, ini dipengaruhi oleh instingnya yang sejak remaja telah berkecimpung sebagai aktivis sosial.

Restu Gunawan

Saat ini menjabat sebagai direktur pembinaan tenaga dan lembaga kebudayaan di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia. Ia meraih gelar sarjana sejarah dari Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), dan melanjutkan master serta doktor di bidang sejarah di Universitas Indonesia.

Keni K. Soeriaatmadja

Lulus dari FSRD ITB tahun 2002, Keni menerima Ganesha Prize Award yang memberinya beasiswa modul singkat Museologi di The Amsterdam School of The Arts. Mendapatkan gelar magister Antropologi di Universitas Padjadjaran, dan tengah mengikuti studi doktoral di Fakultas Ilmu Budaya UNPAD. Keni berguru kepada maestro legong Almh. Bulantrisna Djelantik dan tergabung dalam Bengkel Tari Ayu Bulan.

Joseph Lee

Koreografer, pemain, dan kurator pertunjukan yang tinggal di Hong Kong, Lee ditunjuk menjadi direktur artistik Unlock Dancing Plaza pada 2022. Kerja kuratorial Lee berfokus pada aspek-aspek yang belum banyak diketahui dari budaya tari kontemporer lokal, terus-menerus menemukan kembali cara mengumpulkan dan menciptakan ruang untuk produksi dan pertukaran pengetahuan, seperti festival tari berbasis residensi #DANCELESS complex dan sebagainya.

Tsou Ying-Lin

Seniman lepas asal Taiwan, sempat menari di Cloud Gate Dance Theatre, dan pengajar tari. Ia mengeksplorasi hubungan dialektis antara pengalaman pertunjukan dan intensi dalam batin, mencari kebebasan dari kesatuan tubuh. Ia mendedikasikan dirinya untuk penciptaan, pertunjukan, perkembangan tubuh, dan pendidikan tari.

Marrugeku

Marrugeku adalah kelompok tari adat dan antarbudaya profesional yang berbasis di Broome, komunitas terpencil di sebelah utara Australia Barat. Menggabungkan tari, dongeng, seni instalasi, video, lagu, dan tutur lisan, produksi Marrugeku diciptakan bersama dengan seniman dari berbagai latar belakang dan bentuk seni.

Olé Khamchanla

Lahir di Laos, tumbuh di Prancis dan berjumpa dengan hip hop pada 1990. Mendalami tari hip hop bersama banyak koreografer di Prancis, lalu menemukan akar kembali di tari tradisional Thailand dan Laos yang memperkaya bahasa tarinya. Pada 2010, Ole menginisiasi Fang Mae Kong (Listen to The Mekong), festival tari internasional di Laos.

John Ogleeve

Seniman teater yang berkecimpung dalam noh sebagai praktisi dan peneliti. Saat ini ia dalam proses meraih gelar doktor di University of Hawaii dan meneliti para pemain nohgaku di luar dunia noh dan di panggung internasional. Ia adalah pendiri dan Direktur Pengembangan Theatre Nohgaku, tempat ia bekerja secara ekstensif baik di atas maupun di luar panggung.

Alex Dea

Komposer dan peneliti Tionghoa kelahiran Amerika dengan gelar Ph.D. Etnomusikologi dari Wesleyan University spesialisasi musik gamelan Jawa dan anggota Young’s Theatre of Eternal Music. Sejak 1992, ia mendedikasikan waktunya secara penuh pada etnografi dan penelitian di Surakarta dan Yogyakarta, Indonesia.

Nastaran Razawi Khorasani

Penampil, pembuat teater, dan aktris lulusan Maastricht Institute of Performative Arts. Dalam pertunjukan dokumenternya, ia ingin berbagi panggung dengan mereka yang selama ini tak didengar, membuka akses, dan menciptakan perspektif baru. Pertunjukannya Songs for no one dua kali menerima penghargaan BNG Bank Theater (2020-2021), penghargaan di Festival Teater Flemish 2022, dan Theater der Welt di Frankfurt-Offenbach tahun 2023.

Noutnapha Soydala

Penari Lao dan salah satu pendiri Fanglao Dance Company sejak 2013. Mulai belajar tari tradisional Lao sejak berusia enam tahun di Vientiane (Laos). Pada 2006, ia mulai menggeluti tari kontemporer selama lokakarya tari bersama koreografer Laos-Perancis Olé Khamchanla. Sejak 2008, ia memulai tur tahunan di Perancis bersama Compagnie KHAM.

Bunny Cadag

Seniman multidisiplin trans feminin kelahiran Filipina, 1991. Karyanya berada di persimpangan dan transisi antara teater, film, pertunjukan, dan seni instalasi. Risetnya berfokus pada pluralitas gender pre-kolonial, ritual menyanyi tradisional, praktik penyembuhan, dan kesetaraan gender. Pertunjukannya seringkali bersifat partisipatoris dan berbasis komunitas, mengamplifikasi suara kelompok marjinal dalam komunitas lebih luas.

Ishvara Devati

Seniman trans yang berdomisili di Jakarta, Indonesia. Ia berfokus pada eksplorasi interdisipliner dalam seni pertunjukan. Ishvara telah berpartisipasi dalam berbagai lokakarya, seperti CP[3] oleh Dance Nucleus dan Feminist Activism Tech Camp oleh PurpleCode. Tendensi dari praktik seni Ishvara berkutat di seputar ide soal identitas transpuan.

Try Anggara

Lahir di Jakarta dan berkecimpung di dunia tari melalui komunitas Animal Pop Family. Sejak 2012, ia telah berkolaborasi dengan seniman dari Amerika, Jepang, Kosta Rika, dan Korea Selatan. Ia juga terlibat di berbagai program internasional, seperti Festival Hujung Medini (Malaysia, 2017), Ansan Street Festival (Korea Selatan, 2019), serta Indonesia Dance Festival (2016).

Wayan Sumahardika

Penulis, sutradara, dan pembuat teater kelahiran Denpasar, 1992. Praktik artistiknya bergerak pada persimpangan tari, film, dan ragam seni untuk menimbang hubungan pengalaman menonton pertunjukan serta kenyataan sehari-hari melalui pendekatan repertoar-arsip dan spekulatif. Ia aktif sebagai direktur artistik Mulawali Institute dan menginisiasi B-PART (Bali Performing Arts Meeting).

Huang Huai-Te

Huang Huai-Te adalah penari dan koreografer, pendiri Dashing Theater. Lewat Dashing Theater, ia ingin menciptakan kesan memikat melalui tari dengan memadukan memori sejarah dengan isu-isu kontemporer di Taiwan. Huang menaruh perhatian pada cara menghubungkan masyarakat dengan tari, serta bagaimana membuat mereka peduli kepada isu sosial melalui tari. Sebelum Dashing Theater didirikan pada tahun 2020, Huang adalah seorang penari dan koreografer di Horse Dance Theater. Ia juga merupakan koreografer tetap untuk Cloud Gate 2 pada tahun 2015 dan 2017.

Richard Emmert

Profesor Pertunjukan Asia di Universitas Musashino dan instruktur noh bersertifikat di Kita School. Lahir di Amerika, ia belajar, mengajar, dan mementaskan drama noh klasik di Jepang sejak 1973, dan memimpin Noh Training Project di Bloomsburg (US) selama 20 tahun. Ia menyutradarai Noh Training Project di Tokyo dan Inggris. Emmert telah memimpin proyek pertunjukan noh di seluruh dunia dan menggubah/menyutradarai/mementaskan sebelas lakon noh berbahasa Inggris. Ia adalah pendiri dan direktur artistik Nohgaku Theater.

Akira Matsui

Guru-aktor utama noh klasik di Kita School. Lahir pada 1946 di Wakayama, ia mulai mempelajari noh dan memerankan anak-anak pada umur tujuh. Sempat pergi ke Tokyo untuk menjadi “cantrik” pada Kita Minori, generasi ke-15 kepala Kita School dan kembali menetap di Wakayama sejak usia 21 hingga sekarang. Matsui telah aktif mengajar selama 45 tahun dan pentas di lebih dari 25 negara.

Didik Nini Thowok

Maestro tari, ikon budaya, dan komedian terkemuka Indonesia. Selain mempelajari tari lintas gender sejak kecil, ia juga belajar dari banyak maestro tari tradisional Indonesia. Ia sempat mendalami drama nihon buyō dan noh di Jepang, tari Bharatanatyam di India, dan flamenco di Spanyol. Ia juga merupakan pendiri sekolah tari LPK Natya Lakshita (1980) dan Didik Nini Thowok Entertainment.

Valentina Ambarwati

Valentina Ambarwati lahir di Bantul tahun 1996 dan mengenal dunia tari sejak umur delapan tahun. Oleh ayahnya yang merupakan penggiat kesenian rakyat di daerah Bantul, Valentina dikenalkan pada kesenian rakyat jathilan, yang membentuk tubuh tradisi yang kental pada gerak tubuhnya.

Siti Alisa

Siti Alisa adalah seniman tari independen yang berbasis di Jakarta. Alisa mendalami tari balet klasik selama 15 tahun di Namarina Dance Academy dan mendapatkan gelar Advanced in Royal Academy of Dancing (ARAD). Alisa melanjutkan studinya di Institut Kesenian Jakarta dan lulus pada 2017.

Putu Arista Dewi

Putu Arista Dewi yang lahir di tahun 1995, adalah seorang penari dan koreografer asal Jembrana, Bali, yang saat ini tinggal di Yogyakarta. Dalam dua tahun terakhir, Arista banyak berkolaborasi bersama kawan-kawan seniman lintas disiplin, termasuk teater, musik, dan rupa.

Agung Gunawan

Agung adalah pendiri dan direktur Agung Dancing Center yang praktik personalnya melibatkan peran sebagai penari, direktur artistik, koreografer, dan vokalis. Dalam masa perkembangannya sebagai praktisi tari, ia dilatih dan dibimbing oleh beberapa mendiang maestro Indonesia: Bagong Kussudiardja, RM Ywandjono, R. Aj. Sri Kadarjati, dan Martinus Miroto.

Anter Asmorotedjo

Anter telah mempelajari tari sejak usia 8 tahun, kemudian menekuni dunia ini lewat pendidikan formal di SMKI Yogyakarta (1996), dilanjutkan dengan ISI Yogyakarta jurusan Seni Tari dengan minat utama Komposisi Tari (1999). Ia memulai kariernya sebagai penari di Ramayana Ballet Purawisata Yogyakarta (1992-2001). Pada 2006, ia mendirikan kelompok tari Anterdans yang produktif memproduksi karya-karya baru hingga kini.

Ela Mutiara

Koreografer dan penari kelahiran Sukabumi, Jawa Barat. Menyelesaikan studi master Penciptaan Seni Tari di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Sejak 2016, praktik tarinya banyak mengulik peristiwa sejarah, tradisi, pola hidup, dan perempuan dalam perspektif sosial budaya Sunda. Auto-etnografi menjadi metode kerja dalam riset dan proses kreatifnya, menempatkan tubuh sebagai medium utama yang diekspresikan melalui karya tari, video, seni pertunjukan, dan pameran.

Wangi Indriya

Wangi Indriya lahir tahun 1961 dari keluarga seniman di Indramayu. Ia tak hanya dikenal sebagai penari topeng tetapi juga sinden, dalang topeng dan wayang kulit purwa gaya Indramayu, pemain sandiwara tradisi, bahkan pemain teater kontemporer.

Ahmad Oscar Ridho

Oscar is an observer and organizer of citizen-initiated and community-based cultural festivals in Surakarta, He graduated from the Indonesian Institute of Arts in Padang Panjang, and now registered as a student at Magister program in Indonesian Institute of Arts in Surakarta, in the concentration of performing arts studies.

Susas Rita Loravianti

Dr. Susas Rita Loravianti, S.Sn., M.Sn. lahir di Muaro Labuah Solok Selatan Sumatera Barat. Ia menamatkan pendididkan Strata 1 di Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar Bali pada tahun 1992, kemudian melanjutkan Strata 2 di Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tahun 2002 dan pendidikan terakhir Strata 3 di Institut Seni Indonesia Surakarta pada tahun 2014 dengan Minat Studi Penciptaan Seni Tari.

Ali Sukri

Ali Sukri mulai menekuni dunia tari secara akademik sejak belajar di SMKI (SMK 7 Padang). Disamping belajar di institusi, Sukri juga banyak mendapatt ilmu dari seniman Indonesia, khususnnya Sumatera Barat, yang menginspirasinya untuk fokus belajar gerak tari tradisional dan kontemporer.

Roza Muliati

Dr. Roza Muliati menamatkan S3 Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, UGM tahun 2019 dengan konsentrasi pada Kajian Seni Pertunjukan. Sebelumnya menamatkan S2 di Prodi Sosiologi Sekolah Pascasarjana UGM tahun 2003 dan S1 dari Jurusan Sastra Inggris Universitas Bung Hatta Padang tahun 1998. Saat ini menjadi staf pengajar dan peneliti di ISI Padangpanjang.

Ery Mefri

Ery Mefri kelahiran Saniangbaka Solok, merupakan putra dari Jamin Manti Jo Sutan seorang Maestro Tradisi Minangkabau dan Ibunya seorang Penenun Benang Emas. Darah seni sudah mengalir di tubuhnya sejak ia dilahirkan. Mulai masuk ke kancah Seni Pertunjukan di tahun 1983 sekaligus mendirikan sanggar tari Nan Jombang Dance Company.

Kurniadi Ilham

Kurniadi ilham lahir di Paninggahan, sebuah kampung kecil di pinggir danau Singkarak, Sumatera Barat, 2 Oktober 1992. Sebelum melanjutkan pendidikan di ISI Padangpanjang, Ilham adalah seorang pesilat dan pemain randai di sanggar Bukit Junjung Sirih Paninggahan dan mengikuti berbagai festival randai di Sumatera Barat.

TELUSUR TARI-Hari Ghulur

Menurut Hari Ghulur, Madura adalah bahasa tubuh, bahasa lisan, dan bahasa kreatifnya. Yang ditunjukkan oleh Hari Ghulur dalam karya-karyanya pun tidak hanya eksplorasi tubuh manusia saja tetapi juga tubuh lingkungan; yang alamiah maupun artifisial. Keterkaitan dan saling respons antara manusia dan lingkungan terlihat dalam koreografinya.

TELUSUR TARI-Hartati

Hartati melihat bahwa karya seni akan selalu menjadi refleksi pengalaman subjektif, yang personal namun juga dapat dialami atau dipandang berbeda oleh penikmatnya. Hal itu yang kemudian memantik kekaryaan Hartati “Membaca Meja” yang dekat dengan pengalaman hidupnya; dididik oleh nenek yang disiplin dan penataan gerak di atas meja.

Peluncuran Yayasan Loka Tari Nusantara & Friends of IDF: Langkah Menuju Ekosistem Tari yang Berkelanjutan

Indonesian Dance Festival (IDF) akhirnya melangsungkan acara peluncuran Yayasan Loka Tari Nusantara (YLTN) dan Friends of IDF (FoIDF) pada Jumat, 13 Januari 2023 lalu di Nusantara Ballroom, The Dharmawangsa, Jakarta. Acara ini menjadi momen spesial yang menandai keseriusan IDF untuk mengusahakan terwujudnya ekosistem seni pertunjukan yang berkelanjutan di Indonesia.

River Lin

Berkarya di bidang seni rupa, tari, dan budaya queer, seniman Taiwan yang berdomisili di Paris, River Lin, adalah kurator Taipei Arts Festival, ADAM, Camping Asia, dan Curatoké: Performance Curator Academy di Taipei Performing Arts Center. Ia juga salah satu kurator Indonesian Dance Festival, kurator tamu Biennale de la Danse de Lyon 2025, dan editor tamu untuk edisi khusus OnCurating.

Nia Agustina

Nia Agustina telah terlibat dalam pembinaan bakat-bakat tari muda Indonesia melalui praktik menulis, kurasi, dan dramaturgi sejak mendirikan platform Paradance pada tahun 2014. Sejak 2017, ia mengelola situs kritik dan ulasan tari dan seni pertunjukan gelaran.id bersama suaminya, Ahmad Jalidu. Nia juga aktif dalam diskusi dan studi seputar kesetaraan gender dan inklusivitas melalui aktivitasnya di beberapa institusi yang memengaruhi pendekatannya dalam seni pertunjukan.

Hantu Koreografi: Membaca Tubuh Tari, Identitas, Ruang, di Sepanjang Perjalanan 30 Tahun IDF

Hantu koreografi di konteks pameran arsip ini tidak berhubungan dengan konsep astral sebagai ruang berbagai fenomena psikis dan paranormal berasal. Hantu koreografi di sini justru lekat dengan konsep sejarah materialisme sebagai ruang berbagai fenomena budaya dan praktik artistik tari dibentuk. Pameran arsip ini disusun untuk menandai dan mengenali hantu koreografi yang membayang-bayangi laku tari kita di masa lampau dan diwariskan kepada kita hari ini.

Memperkenalkan Ratri Anindyajati, Direktur IDF 2022

Tari adalah bagian hidup Ratri Anindyajati, seorang produser seni sekaligus pecinta tari. Ratri berkenalan dengan berbagai ekspresi seni - dari tari, sastra, hingga visual - secara alami sejak kecil. Banyak dari anggota keluarganya terjun dalam dunia seni, baik sebagai pelaku, pengamat, maupun pendidik seni. Keakraban dengan dunia seni inilah yang membentuk cita-cita Ratri menjadi wakil budaya Indonesia di panggung internasional.

Heru Joni Putra

Heru Joni Putra lahir 13 Oktober 1990 di Payakumbuh, Sumatra Barat. Lulusan Sastra Inggris FIB Universitas Andalas dan Cultural Studies FIB Universitas Indonesia. Buku pertamanya berjudul “Badrul Mustafa” (2017) beroleh penghargaan sebagai Buku Puisi Terbaik versi Majalah TEMPO 2018 serta Wisran Hadi Award 2019 dan telah diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh George A Fowler dengan judul “Will Badrul Mustafa Never Die: Verse from the Front” (2020).

Sankar Venkateswaran

Sankar Venkateswaran adalah sutradara teater yang belajar penyutradaraan di School of Drama and Fine Arts, University of Calicut, setelahnya ia berlatih di Theatre Training and Research Programme, Singapura. Pada tahun 2007, ia mendirikan Theatre Roots & Wings. Ia menerima Beasiswa Ibsen dari Teater Ibsen, Norwegia, untuk “Tribal Ibsen Project” yang merupakan lanjutan dari karyanya dengan penduduk asli di lembah pegunungan Attapadi, Kerala tahun 2013.

Mandeep Raikhy

Mandeep Raikhy adalah praktisi tari yang berdomisili di New Delhi. Ia berlatih di Trinity Laban dan bekerja bersama Shobana Jeyasingh Dance Company, di London selama beberapa tahun. Ia telah menciptakan dan melakukan tur secara ekstensif untuk banyak karya tarinya, terutama “Inhabited Geometry” (2010), “male ant has straight antennae” (2013), dan “Queen Size” (2016).

Katharina Kucher

Bersama Isa Köhler, Katharina Kucher mengambil alih posisi sebagai co-director Internationale Tanzmesse NRW 2021. Hingga kemudian ia bertindak sebagai head of project dan contract management di HAU Hebbel am Ufer, di Berlin. Sebelumnya, ia bekerja sebagai peneliti lepas untuk Kulturpolitische Gesellschaft e.V. dan menulis beberapa studi tentang pengembangan budaya dan pendanaan budaya.

Arsita Iswardhani

Arsita Iswardhani adalah aktor, pencipta pertunjukan, dramaturg, dan anggota kolektif Teater Garasi / Garasi Performance Institute, yang berbasis di Yogyakarta, Indonesia. Ia mendalami metode penciptaan pertunjukan melalui berbagai pendekatan lintas budaya dan lintas disiplin, mempelajari seni bela diri, tari Jawa, Metode Suzuki, dan etnografi jasmani sebagai sarana pertunjukan.

Josh Marcy

Seniman tari yang praktik artistiknya ada di seputar pembacaan kritis mengenai “apa itu tubuh” dan “apa itu ruang”, serta bagaimana dialog antar keduanya berperan membentuk realitas. Sejak 2018, ia terlibat sebagai kolaborator di dua karya koreografer Jerman Isabelle Schad yang dipentaskan di Tanzplattform Deutschland 2020.

Jeannie Park

Berasal dari California, Jeannie pindah ke Yogyakarta tahun 1996. Ia adalah seorang praktisi tari Jawa dan merupakan orang non-Jawa pertama yang diterima di Keraton Yogyakarta sebagai penari. Saat ini ia bertugas sebagai direktur eksekutif organisasi nirlaba dan landmark budaya Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) di Yogyakarta, Indonesia.

Yudi Tadjudin

Yudi dikenal sebagai salah satu sutradara eksperimental yang mendorong estetika teater Indonesia ke tahap berikutnya, dan telah mementaskan karyanya di forum-forum internasional di Asia, Eropa, Amerika, dan Australia. Ia adalah salah satu pendiri Teater Garasi - kolektif seniman lintas disiplin di Yogyakarta.

Sari Majid

Sejak usia anak-anak, ia telah terjun ke dunia drama dan aktif di kelompok drama asuhan Kak Yana. Sejak 1978 hingga sekarang, Sari terlibat di kelompok Teater Koma sebagai aktris, manajer panggung, manajer produksi, dan sutradara.

Farah Wardani

Farah Wardani adalah sejarawan seni dan kurator yang saat ini bertugas sebagai direktur Jakarta Biennale 2021, dan anggota komite seni rupa di Jakarta Arts Council. Sebelumnya, Farah bekerja sebagai direktur eksekutif Indonesian Visual Art Archive (IVAA) di Yogyakarta, di mana ia mengerjakan arsip digital IVAA, sebuah kerja pengarsipan digital seni kontemporer pertama di Indonesia.

Ayu Utami

Ayu Utami adalah seorang penulis Indonesia peraih penghargaan Prince Claus Award tahun 2000. Ia adalah salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) yang kemudian dilarang oleh rezim militer orde baru. Novel pertamanya “Saman” (1998), yang diterbitkan beberapa hari sebelum Soeharto lengser, mendapat banyak pujian dari kritikus sastra dan menjadi bestseller serta ikon spirit kebebasan selama masa perubahan politik (Reformasi) di Indonesia.

Kennya Rinonce

Kennya Rinonce adalah seorang pendongeng yang menggunakan teater, tari, dan live-events sebagai media kreatifnya (Drupadi ID—2018). Ia pernah terlibat dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui residensi seni di Selandia Baru (Pegiat Budaya), serta Badan Ekonomi Kreatif Indonesia lewat pengembangan program komunitas tari di Wakatobi, Sulawesi, Indonesia.

Yacobus Ari

Yacobus Ari R (l. 1991, tinggal dan bekerja di Bandung) adalah pengajar seni dan kurator. Ia tergabung dalam staf ajar Integrated Arts - Fakultas Filsafat Universitas Parahyangan, dengan sejak sebelumnya telah menguratori, menulis, dan meneliti untuk berbagai presentasi pameran dan proyek seni.

Siko Setyanto

Siko Setyanto merupakan seorang penari dan koreografer. Ia belajar menari sejak usia sembilan tahun bersama Wied Sendjayani di Sanggar Maniratari, Solo. Siko juga dikenal sebagai pendiri kelompok tari Resiko Berkelompok dan Dansity Dance Company. Ia juga anggota Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun 2020 - 2023.

Mila Rosinta Totoatmojo

Mila Rosinta Totoatmojo lahir di Jakarta, 15 Mei 1989 dan mengenal dunia tari sejak usia tujuh tahun. Ia merupakan sarjana studi Penciptaan Seni Tari di pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Sempat mendalami tari Bali, Mila lalu beralih mendalami tari dan budaya Jawa sejak bergabung di Tembi Dance Company pada 2009.

Ajeng Soelaeman

Ajeng Soelaeman lahir dan besar di Jakarta 6 Maret 1984, berpendidikan studi Ballet Advanced Royal Academy of Dance dan Sarjana Seni jurusan Tari Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Ia menjadi penari utama di Jeckos Dance dengan karya tari dari Jecko Siompo, dan Swarnadwipa Dance Company dengan karya dari Hartati.

Arco Renz

Arco Renz bekerja sebagai koreografer, sutradara, penari, dramaturg, kurator, pengajar. Sebagai direktur artistik kelompok tari Kobalt Works yang berbasis di Brussel, Arco Renz menciptakan karya koreografi yang berlimpah di Eropa dan Asia selama 25 tahun terakhir, dan secara paralel mengembangkan praktik dramaturgi untuk tari kontemporer dalam konteks lintas budaya. Karyanya berfokus pada pengembangan hubungan antara penelitian, pertukaran, dan pengetahuan melalui praktik pertunjukan.

Flipside

Diinisiasi oleh Chairul Rahman (alm.), kolektif ini mengolah karya seni melalui media mapping projection. Kini, Flipside AV terdiri dari Kukuh Gandhia Poetra, Tri Oktoviano, dan Afanpaper. Karya-karya mereka berupa pertunjukan dengan tiga unsur di dalamnya, yaitu seni rupa, seni pertunjukan, dan seni film.

Mio Ishida

Aktor dan penari yang tinggal di Tokyo dan Chigasaki, Jepang. Lulus dari program teater dan tari di JF Oberlin University College dan mempelajari contemporary colloquial theater. Mio menciptakan karya-karya yang berfokus pada hubungan antara tubuh manusia dan benda-benda. Ia terpilih di Program for Future Dancers (2021-2022) oleh Tokyo Arts Festival, tampil di Indonesian Dance Festival (2022), ADAM (Kitchen, 2023) dan Taitung Fringe Festival (2023) di Taiwan.

Leu Wijee

Seniman otodidak, penari, dan koreografer yang tinggal di Palu dan Jakarta. Ia mendeskripsikan pendekatan yang ia sebut “antara bencana dan tari” sebagai cara menciptakan ide. Riset dan praktik artistiknya bertumpu pada eksplorasi pada jejak personal dan kolektif. Bahasa geraknya cenderung minimalis dan tanpa henti. Ia menggunakan koreografi sebagai eksperimen untuk menghidupkan banyak hal (indera, ruang, suara, dan lainnya), serta melihat segala yang bergerak beresonansi dengan praktiknya.

Kornkarn Rungsawang

Kornkarn Rungsawang adalah penari klasik dan kontemporer asal Thailand yang saat ini tinggal di Bangkok. Ia lulus dari Burapha University tahun 2010 dengan gelar sarjana seni musik dan pertunjukan dan sejak itu bekerja di Pichet Klunchun Dance Company. Sebagai penari, ia ingin menjembatani dunia tari tradisi dan kontemporer. Tahun 2017 lalu ia melangsungkan program residensi di New York dengan Fellowship Grant individu oleh Asian Cultural Council. Ia juga terlibat di residensi koreografer internasional di American Dance Festival.

Jared Jonathan Luna

Jared Jonathan Luna (Siya | he/they) adalah seniman tari asal Manila, Filipina yang bercita-cita menjadi memelord. Ia menyelesaikan studi masternya di Antropologi Tari dan Etnokoreologi dari Choreomundus International Master in Dance Knowledge Practice and Heritage. Jared tertarik pada sistem pergerakan vernakular di ruang urban.

Eka Wahyuni

Sebelum menjadi koreografer tari kontemporer, Eka Wahyuni memulai praktik tarinya sebagai penari tradisional Kalimantan Timur di Yogyakarta. Gagasan soal arsip dan memori pada tubuh, mitos, hingga fenomena sosial menjadi ketertarikan utamanya untuk menciptakan karya. Sejak 2016 hingga kini ia menggarap karya jangka panjangnya “Pesona Tari Gong” (“The Enchantment of Tari Gong”), dan karya lain seputar arsip tari dan tubuh seperti “Rekalindung” (2021) dan “Dancing The Monument” (2022).

M. Safrizal (Dekjall)

M. Safrizal adalah koreografer kelahiran Aceh, 22 Agustus 1996. Ia memulai debut tarinya sejak ia masih bersekolah SMP. Anak pertama dari empat bersaudara ini kemudian mengambil studi tari di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh. Sebelum dikenal sebagai koreografer, DekJall -panggilannya- sempat menjadi musisi tradisional Aceh. Salah satu karya terbarunya, “Frekuensi Rasa” yang bicara soal trauma kekerasan di tubuh ditampilkan di Pasar Tari Kontemporer (PASTAKOM) 2019 di Pekanbaru, Riau.

Sherli Novalinda

Selain aktif berkarier sebagai koreografer, Sherli Novalinda adalah dosen prodi tari Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang. Sebagai seorang seniman-akademis (artist-scholar), ia telah aktif berkarya sejak 2003. Ia tertarik melakukan riset dan eksperimen tentang penciptaan tari kontemporer berbasis tradisi maupun non-tradisi, serta memiliki berbagai pengalaman kolaborasi antar disiplin dengan seniman lokal maupun internasional.

Pichet Klunchun

Pichet Klunchun adalah koreografer asal Thailand yang dikenal atas praktiknya menjembatani tari klasik Thailand dengan sensibilitas kontemporer, namun tetap mempertahankan esensi dan pemaknaan aslinya. Sejak usia 16 ia telah berguru tari Khon - tari topeng klasik Thailand - pada master Chaiyot Khummanee. Selama lebih dari 15 tahun, Pichet telah mendapat apresiasi atas usahanya menggarap tari Khon menjadi lebih kontemporer.

Mella Jaarsma

Mella Jaarsma dikenal atas seni instalasi kostumnya yang kompleks, serta fokusnya pada bentuk keragaman budaya dan rasial yang terkandung dalam pakaian, tubuh, dan kuliner. Ia lahir di Belanda tahun 1960 dan belajar seni visual di Minerva Academy di Groningen (1978-1984), setelahnya ia pindah ke Indonesia dan menempuh studi di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) serta Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta (1985-1986). Tahun 1988, ia ikut mendirikan Cemeti Art House (bersama Nindityo Adipurnomo), ruang seni kontemporer pertama di Indonesia.

Hari Ghulur

Moh. Hariyanto (lahir 1986), juga dikenal sebagai Hari Ghulur, adalah koreografer dan penari yang saat ini tinggal di Surabaya. Karyanya “Ghulur”, “Ghabal”, “White Stone”, “Sila”, dan “Jap_Vanese” telah ditampilkan di T.H.E Contact Contemporary Dance, Europalia Art Festival, Universitas Malaya, American Dance Festival, dan Indonesian Dance Festival.

Gymnastik Emporium

Kolektif seniman lintas-disiplin ini konsisten mengerjakan karya-karya yang membongkar batasan antara seni dan bidang-bidang lain. Karya-karya Gymnastik Emporium kerap bermain pada aspek pertunjukan yang ada pada bidang olahraga, seperti aspek ketubuhan dan aspek kepenontonan.

Ferry Alberto Lesar

Ferry Alberto Lesar lahir di Manado, 13 Februari 1993. Ia adalah penari dan koreografer alumni Jurusan Seni Tari, Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Ia mendalami berbagai genre tari seperti break dance, tradisi, modern, hingga hip-hop yang kemudian mempengaruhi karya koreografinya. Ia pernah berkolaborasi dengan sejumlah koreografer kenamaan Indonesia dan mancanegara, seperti Hartati, Eko Supriyanto, Tom Ibnur, Yola Yulfanti, Peter Wilson, Kapronczai Erika, Arno Schuitmaker.

Angela Goh

Angela Goh adalah seniman yang bekerja dengan tari dan koreografi. Karya-karyanya telah ditampilkan dalam ruang seni kontemporer dan ruang pertunjukan tradisi. Karya terbaru Goh baru saja dipamerkan di Art Gallery of New South Wales, the National Gallery of Victoria, the Sydney Opera House, dan berbagai tempat di Australia, Asia, Eropa, dan Amerika Utara, termasuk Performance Space New York, Auto Italia, Baltic Circle, Shedhalle, dan Taipei Performing Arts Center.

Endure Crew

Endure (The Youth United Will Endure) adalah akademi tari dari Timor Leste yang didirikan pada 2010 oleh delapan remaja yang terlibat dalam kancah hip hop lokal. Mereka juga berbagi minat dalam mengeksplorasi elemen yang berhubungan dengan hip hop, termasuk grafiti, rap, beatboxing, dan DJ.

Gita Kinanthi

Gita Kinanthi adalah seorang seniman tari dan pendidik. Ia menyelesaikan studi pascasarjana di PPS ISI Yogyakarta (2012). Sejak 2015, ia menetap di Kalimantan Selatan dan mengajar di program studi Pendidikan Seni Tari STKIP PGRI Banjarmasin. Ia berfokus dalam menelusuri seni tari dan pendidikan seni tari melalui kerja kolaboratif, riset dan eksperimen.

Jibek

Zhibek Birikova, lebih dikenal sebagai Jibek, adalah koreografer, sutradara, penampil, dan musisi intuitif berusia 30 tahun yang telah mengembangkan kariernya sejak 2009. Dia memainkan rebana dukun, djembe, glukofon, harmonika, kalimba, harpa Yahudi, dan terlibat aktif dalam praktik spiritual.

Mukhlis (Madre)

Mukhlis (Madre) adalah seorang penari asal Pandeglang, Banten yang mempunyai visi besar untuk mengembangkan seni budaya Indonesia di dalam dan luar negeri. Lulusan ISI Yogyakarta (2021) ini mendalami seni tari tradisi, modern, dan kontemporer.

nu Kolektif

nu Kolektif merupakan kolektif seni di Atambua, Belu, Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari anggota dengan latar belakang beragam. Masing-masing anggota memiliki ciri khas dalam berkarya menggunakan medium berbeda, termasuk visual (fotografi, videografi, ilustrasi, dan desain komunikasi visual) dan sastra.

Pratama Reski Wijaya

Pratama Reski Wijaya, biasa dipanggil Kiki, merupakan alumnus jurusan Pendidikan Seni Tari di salah satu sekolah tinggi di Banjarmasin. Saat ini ia berdomisili di Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu dan aktif sebagai penampil, koreografer, aktor, dan kameramen di Teater Senyawa.

Susan

Susan adalah seorang penari, koreografer, dan instruktur senam. Ia lahir di Liwa, Lampung Barat pada 30 Desember 1994. Ia menjalani pendidikan Penciptaan Tari di ISI Yogyakarta (2012-16), lalu melanjutkan studi pascasarjana di prodi dan institusi yang sama (2017-19).

Theodora Melsasail

Theodora Melsasail adalah penari perempuan asal Kepulauan Tanimbar, Maluku yang belajar menari secara otodidak sejak kecil. Theo memutuskan menurunkan karya-karya tarinya sebagai media edukasi bagi masyarakat di Maluku, khususnya anak-anak, melalui komunitas Theo Dance Family.

Tyobabond

Tyoba Armey atau yang lebih dikenal sebagai Tyobabond lahir di Blora pada 1995. Ia menjalanii pendidikan seni di SMKN 10 Bandung (SMKI), dilanjutkan program sarjana di ISI Surakarta, dan pascasarjana di ISBI Bandung. Tyobabond kini aktif sebagai pengajar di Jurusan Seni Tari ISBI Bandung dan Prodi Integrated Art di Universitas Katolik Parahyangan Bandung.

Usman Najrid Maulana

Usman Najrid Maulana adalah seorang seniman tari yang lahir pada 14 Desember 1983 di Tarakan, Kalimantan Utara. Usman melanjutkan pendidikan di jurusan tari ISI (2004-13). Ia berkarier sebagai penggiat tari dan membuka sanggar yang dinamai Pagun Tengara ART di kampung halamannya, Tarakan.

Ari Ersandi

Ari Ersandi lahir di Lampung 15 Juni 1989, lulus S1 minat penciptaan tari di ISI Yogyakarta pada tahun 2013 dan Pascasarjana ISI Yogyakarta 2015. Pernah bekerja di ISBI Kalimantan Timur Sebagai Dosen Jurusan Tari dari tahun 2016-2019.

Alisa Soelaeman

Alisa Soelaeman, seniman tari independen yang berbasis di Jakarta. Lulus dari Institut Kesenian Jakarta pada tahun 2017. Alisa mendalami tari ballet klasik selama 15 tahun di Namarina Dance Academy dan mendapatkan gelarnya sebagai Advanced in Royal Academy of Dancing (ARAD).

Buboy Raquitico

Buboy Raquitico adalah seniman gerak dari Filipina yang minat tematiknya terletak pada interseksionalitas dan mengeksplorasi paralelisme antara ruang perkotaan dan artefak serta manifestasinya dalam interaksi manusia. Dia adalah mantan anggota ruang kolaboratif kontemporer, Daloy Dance Company yang didirikan oleh Ea Torrado.

Benny Krisnawardi

Benny Krisnawardi, akrab dipanggil Benny, lahir di Batusangkar, Provinsi Sumatera Barat. Dibesarkan dalam lingkungan keluarga seniman. Hampir semua anggota keluarga penggemar musik dan tari. Benny mengenal ritme dan berbagai alat musik pertama kali dari ayah sendiri, yang merupakan seniman dan pengajar berbagai alat musik seperti biola, gitar, dan piano.

Mariana Arteaga

Originally from Mexico City, artistic director Mariana Arteaga is a choreographer, curator, and performer. Her concerns as an artist and curator are oriented towards expanded choreographic practices, dance from its political power, and the archive-body.

Martinus Miroto

Martinus Mirotolahir pada 28 Februari 1959 di desa Turusan, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan kesenian. Di sela-sela waktu bersekolah, Miroto belajar menari di Keraton Yogyakarta dan menjadi penari Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja. Selain menjadi penari, ia juga belajar menata tarian dalam skala besar. Semasa kuliah, ia mendapatkan kesempatan belajar langsung dengan koreografer-koreografer ternama.

Padmini Chettur

Padmini Chettur began her contemporary dancer's career in 1990 as a member of the troupe of Chandralekha - the radical Bharatanatyam modernist choreographer, whose own opus dealt with a rigorous deconstruction of the form. Breaking away in 2001, Padmini has over the past two decades defined her own choreographic idiom - minimalist, abstract and formal - stripping movement down to an essential, anatomical investigation, prioritising a sense of tension over emotion. Her approach to dramaturgy reveals the complex layers of connection between a dancing body and it's environment; both in the sense of performative parameters, and in the sense of a subject socio-cultural context, one's place in history.

Retno Sulistyorini

Retno Sulistyorini mulai belajar menari sejak umur 15 tahun di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Surakarta, dan melanjutkan ke Jurusan Tari di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Sebagai seniman tari, Retno dianugerahi Empowering Women Artist olah Yayasan Kelola (2010-2011). Selain menciptakan karya sendiri, ia pun aktif berkolaborasi dengan berbagai koreografer, sutradara dan perupa.

Sanou Aguibou

Winner of the highly selective and prestigious US State Department Fulbright Scholarship 2018-2019 and The Center for Ballet and the Arts at New York University fellow 2020-2021, Aguibou Bougobali SANOU is a dancer, performing artist, choreographer, musician, storyteller International Dance Festival Director and dance educator.

Vincent Mansoe

Vincent Sekwati Koko Mantsoe’s recognition as a choreographer demonstrates that to be successfully integrated into the performance arena as a contemporary artist, one does not have to disavow one’s cultural heritage. Growing up in Diepkloof, one of the South Western Townships outside Johannesburg known as Soweto, Mantsoe’s innately musical understanding of movement and its transformational potential was founded in the early years. When still a boy he would assist in the dancing and drumming that his grandmother, his mother, and two of his aunts performed in their capacity as ‘Sangomas’, which is the Zulu term for traditional healers.

Fitri Setyaningsih

Tak hanya aktif mengembangkan gagasan dan kerja tubuh, Fitri Setyaningsih juga memadukan interaksi tubuh dengan berbagai sumber kekuatan seperti benda sehari-hari, suara/bunyi, seni konseptual, dan ranah eklektik lain (interdisiplin). Karyanya bersentuhan lekat dengan kehadiran diri, semesta berlapis, hingga arkeologi. Fitri juga menginisiasi ruang lintas media bernama Tamu Semesta.

Otniel Tasman

Otniel Tasman seorang koreografer muda sangat berakar pada tradisi Jawa, terutama Banyumas, kota kelahirannya. Ia menjajaki Tradisi Lengger Banyumas sebagai bahasa Ibunya, yang memberinya pengalaman untuk memahami hidup dan menginspirasinya dalam menciptakan karya tarinya yang mengeksplorasi identitas gender.

Abib Igal

Abib Habibi Iga, seorang koreografer asal Kalimantan Tengah, menyelesaikan pendidikan sarjananya di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan minat utama penciptaan tari. Sejak 2012 ia terus melakukan ekpedisi riset terhadap Wadian Dadas, yang merupakan ritual penyembuhan bagi masyarakat suku Dayak Ma’anyan di Kalimantan Tengah.

Maharani Pane

Maharani Pane adalah seorang penari dan koreografer dari Jakarta, Indonesia. Ia lulus dari Institut Kesenian Jakarta, Fakultas Seni Pertunjukan, jurusan seni tari. Praktik artistiknya lebih banyak berorientasi dengan memadukan unsur-unsur dari berbagai disiplin seni dan media seperti teater, seni instalasi, dan pemetaan visual.

Minori Sumiyoshiyama

Minori Sumiyoshiyama adalah seorang seniman, penari, aktor dan peneliti dari Jepang. Karya-karyanya berfokus pada hubungan antara ruang dan tubuh. Dalam karyanya, ia menjalin hubungan dengan penonton dengan perangkat buatannya sendiri, misalnya menari dengan balon yang mengikutsertakan nafas penonton, atau bermain kartu tradisional Jepang bersama penonton.

Pythos Harris

Koreografer dan penari asal Papua yang sejak kecil telah berlatih tari tradisional dan sosial Papua. Bersama kelompok tarinya, Freedom Squad, ia sukses mewakili Indonesia ke berbagai kompetisi di tingkat nasional maupun internasional, salah satunya Gatsby Dance Competition di Jepang tahun 2009

Go to Top