Penulis :

Estefany Fortuna Candra

Program Studi Desain Visual
Universitas Multimedia Nusantara

“Who Are You” merupakan sebuah tema pertunjukan tarian karya koreografer Eyi Lesar yang menggambarkan persekusi dan kebencian yang dilatarbelakangi oleh berbagai perbedaan seperti agama, suku, orientasi seksual, dan lain lain yang disebabkan oleh hilangnya keutuhan dan keakuratan informasi. Karya ini menunjukkan sudut pandang penari terhadap penari lainnya yang menciptakan teror, ketakutan, dan kecemasan sebagai hasil dari persekusi dan kebencian itu. Ia menggambarkan bagaimana seseorang mudah sekali menilai dan menghakimi orang lain di jaman sekarang ini.

Saya melihat setiap penari yang berada di dalam plastik adalah mereka yang belum berhadapan dengan dunia sehingga masih murni dan suci. Perlahan-lahan mereka keluar dan mulai mengenal dunia yang seharusnya. Setiap penari menari dengan dengan tarian yang berbeda yang menunjukkan bahwa mereka memiliki latar belakang berbeda yang mencakup agama, suku, orientasi seksual yang berbeda. Kemudian, ada satu kala dimana mereka saling menghakimi dan akhirnya tercipta konflik satu sama lain. Hal ini sama seperti kondisi yang terjadi saat ini. Pada dasarnya orang adalah suci, tetapi berkembangnya dunia mendorong mereka untuk mulai mengenal kebencian, intoleransi, dan akhirnya mereka saling menghakimi dan merasa dirinya adalah Tuhan. Agama dinilai sebagai hal yang memiliki derajat paling tinggi dan selalu benar sehingga seringkali agama digunakan sebagai tameng untuk menyebarkan kebencian dan memfitnah. Agama yang seharusnya suci menjadi tercemar karena para oknum menyalahgunakan “agama” yang seharusnya. Solusinya adalah mempertegas dan memperjelas arti agama yang seharusnya sehingga setiap dari kita bisa mengerti dan tidak menyalahgunakannya. Kita sebagai manusia beragama pun harus bisa tidak terpengaruh dengan ujaran kebencian dan mau mengingatkan orang di sekitar kita yang menyalahgunakan agama untuk membenci orang lain.

Saya rasa konsep karya ini sangatlah kreatif dengan tampilan 360 derajat. Kita dapat melihat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Karya ini dapat ditafsir berbeda-beda oleh setiap orang. Karya ini pun memberikan visual yang kurang enak dilihat dan mengundang ketidaknyamanan sama seperti perasaan ketika orang terus menghakimi dan hubungan antar manusia terus terpecahkan.