Indonesian Dance Festival (IDF) adalah sebuah laboratorium dalam ekosistem tari kontemporer di Indonesia. Festival bienial ini memberi ruang bagi koreografer lokal untuk mengembangkan potensi mereka, sekaligus mempertemukan mereka dengan tokoh-tokoh tari global. Dalam tiga dekade, IDF telah menyelenggarakan lebih dari 270 performans, melibatkan lebih dari 330 koreogorafer, dan memproduksi 43 karya komisi dan rekonstruksi. Sebagai festival tari aktif yang paling langgeng di Asia Tenggara, IDF telah berkolaborasi dengan kurator lokal dan internasional dan menggandeng berbagai komunitas tari di berbagai negara.

Dengan visi menjadikan tari sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, IDF menyelenggarakan berbagai program festival yang dapat diakses oleh publik. Periode pandemi di tahun 2020 dan 2021 membuat tim IDF bekerja lebih keras untuk bertemu dengan publiknya. Kondisi ini melahirkan program-program daring yang bukan hanya dinikmati oleh audiens dari seluruh Indonesia, namun juga pecinta tari dari berbagai negara.

Pada 2022, IDF merayakan ulang tahunnya yang ke-30 dengan menyelenggarakan rangkaian program daring maupun luring. Puncak festival diadakan selama sepekan di bulan Oktober, meliputi performans, simposium, diskusi, workshop serta masterclass. Edisi ini juga menandakan kembalinya IDF ke rumah pertamanya – Taman Ismal Marzuki.

Pusat kebudayaan modern pertama di Indonesia ini menjadi saksi lahir IDF, yang digagas oleh beberapa figur penting dalam medan tari kontemporer Indonesia yang berafiliasi dengan Institut Kesenian Jakarta. Mereka menyadari urgensi kehadiran sebuah platform untuk inkubasi talenta-talenta dunia tari Indonesia. Hingga kini, IDF dengan rutin menyelenggarakan program pendidikan dan pendanaan bagi koreografer muda melalui inisiatif termasuk Kampana dan Layar Terkembang. Kampana mempertemukan koreografer muda dengan berbagai tokoh tari dan memfasilitasi mereka untuk membuat karya, sedangkan Layar Terkembang mengundang koreografer muda dari luar Jakarta/Jawa untuk memproduksi film tari mengenai kearifan lokal di tempat asal mereka.

Dalam perjalanannya, IDF telah membuka ruang kolaborasi antar disiplin, termasuk tari, seni rupa, film, digital, teknologi, literasi, sains, dan pendidikan. Festival ini juga telah berperan dalam perjalanan karier internasional seniman tari Indonesia, termasuk Eko Supriyanto, Rianto, Darlane Litaay, Ayu Permata Sari, Alisa Soelaeman, dan Hari Ghulur. Dalam usaha mendokumentasikan sejarah perkembangan tari Indonesia, IDF terus bertekun dalam upaya pengarsipan. Sebagai inisiatif yang terus berkembang, IDF tak henti berusaha membuka mata dan merespons perkembangan kehidupan masyarakat, juga melibatkan berbagai pihak dalam memajukan ekosistem tari Indonesia.