
Peluncuran Yayasan Loka Tari Nusantara & Friends of IDF: Langkah Menuju Ekosistem Tari yang Berkelanjutan
30 Maret 2023

Jakarta - Setelah sempat tertunda pandemi COVID-19, Indonesian Dance Festival (IDF) akhirnya melangsungkan acara peluncuran Yayasan Loka Tari Nusantara (YLTN) dan Friends of IDF (FoIDF) pada Jumat, 13 Januari 2023 lalu di Nusantara Ballroom, The Dharmawangsa, Jakarta. Acara ini menjadi momen spesial yang menandai keseriusan IDF untuk mengusahakan terwujudnya ekosistem seni pertunjukan yang berkelanjutan di Indonesia.
“Selama 30 tahun keberadaannya, IDF telah melahirkan jejaring pegiat sekaligus pecinta seni tari di Indonesia. Mereka inilah yang senantiasa memberi dukungan dalam berbagai bentuk, sehingga IDF dapat terwujud dan menjadi salah satu gelaran penting bagi seni pertunjukan, tak hanya di Indonesia namun juga Asia.”
Melalui peluncuran YLTN dan FoIDF, IDF ingin memperkenalkan kepada publik dua entitas yang akan menjadi wadah untuk merawat kecintaan terhadap seni tari tersebut.
Yayasan Loka Tari Nusantara (YLTN) dibentuk tahun 2019 lalu sebagai organisasi legal yang memayungi dan memastikan keberlangsungan Indonesian Dance Festival (IDF) sebagai kegiatan utama. Selain festival, YLTN juga mengadakan berbagai program pendidikan dan pengembangan potensi tari di Indonesia. Saat ini Sinta Nuriyah Wahid dan Iriana Joko Widodo turut bergabung di YLTN sebagai Dewan Penasehat Kehormatan. Sementara, YLTN sendiri didirikan oleh Maria Darmaningsih, Melina Surya Dewi, dan Nungki Kusumastuti yang merupakan pendiri IDF. Bersama Sal Murgiyanto, ketiganya berhasil merawat keberlangsungan IDF selama tiga dekade terakhir.
Salah satu yang akan dikawal YLTN adalah usaha penggalangan dan pengelolaan dana atau bentuk dukungan lain melalui Friends of IDF (FoIDF). Meski sebelumnya tak diwadahi organisasi legal, dukungan lewat program FoIDF telah berlangsung sejak tahun 2008 lalu. FoIDF dibentuk sebagai wadah bagi individu yang memiliki kepedulian terhadap perkembangan seni tari kontemporer serta kebebasan berekspresi melalui seni di Indonesia. Dukungan yang digalang FoIDF pun tak sebatas berupa dana, tapi juga bentuk lain seperti jejaring relasi, fasilitas, dan beragam lainnya. Bantuan ini kelak akan ditujukan FoIDF untuk mendukung penciptaan karya, pelaksanaan program, serta mendukung tumbuh kembang karir seniman tari, manajer seni pertunjukan, juga pelaku seni tari dan budaya baik yang terlibat di atas panggung maupun di balik layar.

Dihadiri oleh kurang lebih 100 undangan, acara peluncuran dua entitas pendukung IDF ini berlangsung hangat dan akrab. Seperti gelaran festival, acara peluncuran YLTN dan FoIDF ini juga menjadi ajang temu bagi kerabat IDF yang berasal dari berbagai daerah dan latar belakang.
Mengawali acara, Ratri Anindyajati selaku Direktur IDF memberi sambutan. Dibalut busana bernuansa merah-putih, malam itu Ratri berbagi pengalamannya di IDF yang menjadi pintu masuk baginya mendalami dunia seni pertunjukan hingga kini ia yakin berkarier sebagai produser. “Generasi muda seperti saya sebetulnya banyak yang ingin terjun langsung ke dalam ekosistem seni pertunjukan Indonesia, khususnya melalui IDF. Untuk itu, memang perlu usaha bersama untuk mewujudkan ekosistem yang berkelanjutan dan baik bagi semua,” ujarnya.
Sebagai direktur baru yang merepresentasikan regenerasi kepemimpinan dan kepengurusan IDF, Ratri memang menaruh perhatian khusus untuk membuat IDF lebih inklusif, khususnya bagi anak muda, perempuan, dan publik umum penikmat seni pertunjukan. Untuk itu, entitas seperti YLTN dan FoIDF diperlukan,
“Kami percaya untuk mewujudkan ekosistem seni yang baik, tidak hanya membutuhkan dukungan dana, tapi juga keterlibatan semua pihak yang sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya”
- Ratri Anindyajati, Direktur IDF
Nungki Kusumastuti dan Maria Darmaningsih, pendiri IDF dan YLTN yang malam itu turut membawakan acara juga berbagi pada para undangan mengenai perjalanan mereka merawat IDF selama 30 tahun terakhir. Selama itu juga, Nungki dan Maria merasakan betapa pentingnya peran para pendukung IDF. Menurut mereka, ekosistem seni sesungguhnya tak hanya milik seniman, melainkan milik begitu banyak orang yang turut berperan di dalamnya. Kini ketika IDF telah melalui usia ke-30 dan menjadi festival seni tari kontemporer paling langgeng di Asia, semangat ini wajib dipelihara. “Kami harap kita semua bisa mendukung IDF bersama-sama. IDF memang sudah 30 tahun, tapi bagaimana caranya supaya umurnya jauh lebih panjang lagi,” ujar mereka.

Malam itu beberapa figur yang menjadi brand ambassador FoIDF hadir, seperti Nur Asia Uno (Figur publik & Istri Menteri Parekraf), Inti Subagio (Pendiri For All Nation), Ario Bayu (Aktor), Rania Yamin (Figur publik), Ike Bakrie (Figur publik), Dhea Seto (Pelaku seni), Engel Tanzil (Pendiri Dia.lo.gue), Alan Feinstein (Philanthropist), dan beberapa lainnya. Selain yang hadir malam itu, terdapat juga beberapa figur yang tak pernah absen mendukung IDF antara lain Hilmar Farid (Dirjen Kebudayaan), Bambang Sutedjo (Entrepreneur), Grace Oh (Pengamat Seni), Edgar Arceneaux (Seniman), dan banyak lainnya.
Posisi IDF sebagai titik temu pemangku kepentingan seni pertunjukan di Indonesia membuat festival ini tak sekedar hiburan, tapi juga edukasi pembentukan karakter bangsa. Hal ini disampaikan Imron Zuhri, Ketua Dewan Pembina YLTN dalam sambutannya malam itu. Imron yang berlatar belakang seorang pengusaha merasa FoIDF telah memfasilitasi kecintaannya pada seni dan budaya Indonesia. “Bagi saya mendukung IDF, khususnya melalui dukungan dana, merupakan misi penting. Sebab cita-cita saya, IDF justru punya peran paling penting untuk mengedukasi generasi muda,” paparnya bersemangat.

Malam hangat peluncuran Yayasan Loka Tari Nusantara dan Friends of IDF dipungkasi penampilan apik dari koreografer muda Try Anggara dan kelompok tari Ksatria Swargaloka yang dipimpin oleh Bathara Saverigadi Dewantoro.
Try Anggara, koreografer hip hop asal Jakarta ini menampilkan karya bertajuk “Memo”. Karyanya memadukan pakem tari tradisional Minang yang ia kolaborasikan dengan gaya hip hop modern. Tamu undangan dibuat kagum dengan keluwesan perpaduan gaya yang tak terduga di “Memo”.

Masih mengangkat perpaduan unsur tradisi dan kontemporer, kelompok tari Ksatria Swargaloka menampilkan repertoar bertajuk “Fantastic Order”. Tampil memakai kostum meriah, kelompok yang digawangi oleh Bathara Saverigadi ini membawakan narasi tentang olah rasa dalam tari tradisional Jawa yang diterjemahkan dalam gerak-gerak tubuh yang lebih kontemporer.
Sambutan meriah dari tamu undangan mengakhiri penampilan dua koreografer yang berproses di IDF tersebut. Dua penampilan tari ini menjadi suguhan representatif tentang spirit yang diusung IDF, yaitu menyediakan ruang bagi seniman-seniman muda mengembangkan kreasi tari yang sekaligus merangkul nilai budaya Indonesia. Acara malam itu memang tak terlalu masif, tapi semangat yang dirajut bersama ini akan menjadi momen penting dalam sejarah IDF.
Kini YLTN dan FoIDF telah resmi dirilis. Dua entitas inilah yang akan menjembatani para pendukung untuk ikut merawat keberlanjutan ekosistem seni pertunjukan dan budaya di Indonesia melalui IDF.