Penulis :
Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung
Pertunjukan Video karya tari pada IDF tepatnya pada tanggal 7 November 2020, saya menyaksikan karya yang berjudul “Suwung” dari Benny Krisnawardi yang akan saya kritik dan kritisi. Karya tari yang disajikan oleh Benny Krisnawardi memiliki sinopsis “Memejam tubuh menuju ruang dalam, mempersilahkan Sang Penguasa tiba, dan menyentuh perenunganku. Ingin memaknai pagebluk sebagai kecap melihat diri, sambil menjemput makna dalam ruang kesadaran hakiki”.
Benny Krisnawardi, akrab dipanggil Benny, lahir di Batusangkar, Provinsi Sumatera Barat. Dibesarkan dalam lingkungan keluarga seniman. Sampai saat ini Benny Krisnawardi telah menghasilkan puluhan karya tari. Baik karya untuk penari tunggal, kelompok, maupun kolosal. Sebagian dari karya itu telah tampil di berbagai forum-forum Tari Nasional maupun Internasional.
Mengulas karya tari ini saya mencoba menggunakan cara pandang dari aspek-aspek komposisi panggung:
1. Komposisi harus tampak wajar, komposisi hendaklah menceritakan sesuatu kisah.
Dalam karya tari yang berjudul “SUWUNG” menceritakan sebuah kisah atau merupakan sebuah pengungkapan simbol atau memunculkan narasi seperti penggambaran kesedihan yang dialami oleh masyarakat saat terjadi pandemi Covid-19. Dapat dilihat pada sajian video dimana terdapat transisi gambar yang memperlihatkan situasi pandemi Covid-19, seperti banyak orang memakai masker, paramedis sedang menangani pasien, dan juga terdapat paramedis yang sedang mengantarkan jenazah ke pemakaman dengan menggunakan APD. Kesedihan, ketakutan dan kecemasan sangat terlihat pada karya tari ini.
2. Komposisi hendaklah menggambarkan suatu emosi.
Emosi yang disampaikan pada karya tari ini lebih kepada gambar-gambar yang ditampilkan dalam video karya tersebut. Gambar tersebut seperti tabung yang terdapat tulisan Covid-19, penanganan paramedis yang memakai APD, spanduk yang bertuliskan “area wajib menggunakan masker” ditambah banyak orang yang menggunakannya, paramedis sedang melakukan tes, juga terdapat orang yang seperti ketakutan, menangis sambil berteriak, dan paramedis yang sedang mengantarkan jenazah ke pemakaman menggunakan APD. Semua itu sudah bisa menggambarkan sebuah emosi dimana terasa adanya kesedihan dan keterpurukan masyarakat pada karya tari tersebut.
Ada hubungan antara penari dengan setting/properti, ataupun dengan tata panggung. Relasi antara tubuh penari dengan suasana yang terdapat dalam karya tari tersebut saling terhubung. Keterhubungan tersebut terlihat saat penari menari diatas batu dan air yang merupakan pentas pertunjukannya.
Penataan Dekorasi Panggung pada karya tari ini menggunakan perpaduan atau gabungan antara Descriptive Scenery dan Active Background. Descriptive Scenery yaitu perlengkapan panggung menggunakan benda aslinya untuk menghias atau dekorasi panggung agar dapat mewakili suasana. Descriptive Scenery pada karya ini untuk dekorasinya menggunakan air terjun asli. Sedangkan Active Background yaitu latar belakang yang aktif (bergerak) sehingga dapat menopang suasana dalam hal ini terdapat pada pergerakan air yang jatuh dari ketinggian pada air terjun tersebut.
Tata kerja panggung pada karya tari ini memiliki keseimbangan dalam komposisi sehingga terlihat indah dan harmonis untuk dilihat. Keseimbangan disini adalah pada koreografi dari penari tersebut dengan penataan dekorasinya yaitu air terjun. Penari menarikan karyanya dengan bergerak diatas batu ataupun air yang dijadikan sebagai pentasnya. Dalam karya tari tersebut, dekorasi yang digunakan adalah air terjun dapat diinterpretasikan sebagai gejolak atau gemuruhnya sebuah pengungkapan emosi. Pengungkapan emosi disini adalah pada air terjunnya yang jika dapat terdengar akan menghasilkan suara deras, yang membuat suasana hati menjadi bergemuruh/ bergejolak. Dari itu, timbul sebuah gagasan atau sebuah perasaan yang saya sebagai apresiator rasakan, dimana kesedihan yang disampaikan dapat saya rasakan.
Prinsip dasar dari tata panggung (pengucapan yang ingin disampaikan)
Tata panggung, tata artistik panggung tersebut akan menyampaikan kalimat yang ingin disampaikan atau tata panggung tersebut akan menyampaikan narasi kepada para penonton, walaupun tata panggung tersebut hanyalah sebuah air terjun. Jadi tata artistik diatas panggung tersebut harus bisa menyampaikan simbol atau tanda. Kemudian tata artistik untuk memberikan impresi kepada penonton atau memberikan sebuah kesan yang membekas. Dari karya tersebut setelah saya menontonnya, timbul perasaan atau kesan yang membekas di hati saya, dimana kesedihan yang dialami masyarakat dalam pandemi Covid-19 ini sangat memprihatinkan. Suasana yang tidak mengenakan seperti saat berpergian harus memakai masker, tidak boleh berdekatan, sampai ketakutan akan kematian akibat Covid-19.
Kehadiran tata artistik di padukan dengan koreografi, dapat membangun hadirnya sebuah pengungkapan perasaan sedih, marah, takut dan cemas. Terlihat pada gerak-gerak yang ditarikan oleh penari sangat memperlihatkan perasaan sedih, dibantu dengan dekorasi air terjun tersebut menambah suasana menjadi tersampaikan.
Kritik
Karya tari yang berjudul “SUWUNG” karya Benny Krisnawardi, ini sangat menarik dan bagus untuk dipertunjukan. Pada karya tari ini lebih memperlihatkan gerak yang digunakan penari berhubungan dengan dekorasi panggung yang digunakan, yaitu air terjun. Karya tari ini mengungkapkan sebuah perasaan sedih, kecemasan, ketakutan yang dialami oleh masyarakat dengan adanya virus Covid-19. Terlihat pada karya tersebut penari menarikan sebuah karya dengan memvisualisasikan gambar-gambar seperti paramedis, tabung yang terdapat tulisan Covid-19, dan keadaan sedih lainnya. Dengan kehadiran gambar-gambar tersebut dapat membantu koreografer atau penarinya untuk penyampaian pesan atau sebuah narasi yang akan diungkapkan.
Isi karya tari ini kurang tersampaikan pada bagian koreografinya atau gerak-gerak yang ditampilkan oleh penari. Karena penari seperti tidak bergerak ke arah pesan yang dimaksud, seperti pada saat bergerak sedikit, langsung diperlihatkan gambar. Jadi tidak menuntaskan koreografinya terlebih dahulu.