
Memperkenalkan Ratri Anindyajati, Direktur IDF 2022
07 September 2022
Indonesian Dance Festival menunjuk Ratri Anindyajati sebagai Direktur baru. Ratri berkomitmen untuk memperkenalkan pertunjukan Indonesia ke seluruh dunia. Sebagai produser seni independen, minat terbesarnya adalah menampilkan cerita dari beragam suara yang terlibat secara kritis dalam eksplorasi kemanusiaan.
“Edisi festival tahun ini merayakan tiga dari pendiri IDF, Maria Darmaningsih, Melina Surya Dewi dan Nungki Kusumasuti, yang telah membentuk budaya dan wacana tari kontemporer Indonesia selama 30 tahun terakhir,” kata Ratri.
Ratri meraih gelar Sarjana Ilmu Politik dari Universitas Parahyangan, Bandung. Ketika mulai menulis tesis, ia kembali ke Jakarta dan sering berkunjung ke Taman Ismail Marzuki (TIM), pusat budaya modern pertama di Indonesia dan lokasi IDF. “Masuk dan keluar teater di TIM rasanya seperti kembali ke sesuatu yang familiar, rasanya seperti pulang ke rumah,” kata Ratri. Reuninya dengan TIM dan pentas seni di Jakarta memotivasinya untuk mengambil IDF sebagai objek penelitian tesis pada tahun 2010.
Saat itulah pandangannya tentang IDF diperbarui. “Saya terpesona dengan skala internasional dalam festival ini. Saya juga melihat IDF sebagai oasis yang memungkinkan pertemuan bermakna, pertukaran kritis, dan kolaborasi antara beragam seniman dan organisasi. Di seluruh dunia, saya telah melihat tingginya minat tentang dunia tari kontemporer Indonesia, dan saya ingin IDF membantu membangun jembatan yang menghubungkan komunitas seni tari Indonesia dengan komunitas global.”
Setelah mempelajari berbagai tarian sejak kecil, Ratri melibatkan diri dalam IDF sejak 2006, awalnya sebagai Liaison Officer untuk koreografer asal India, Padmini Chettur. Dia secara teratur berpartisipasi dalam festival dua tahunan ini, dan pada 2012 menjadi koordinator proyek untuk program koreografer muda, Seeds of Wonders, (sekarang dikenal sebagai Kampana). Pada edisi 2012 itulah ia mendapat pengalaman yang sungguh berkesan dari tugasnya mengatur berbagai program. “Saya tidak akan pernah lupa rasa lelah dari berkeliling TIM, jalan kaki dari dan ke Teater Besar ke Teater Kecil, ke Graha Bhakti Budaya, lalu ke Institut Kesenian Jakarta (IKJ), lalu ke Galeri Cipta… Stres banget! Tapi saya menyukainya, dan saya harus mengalami langsung festival ini agar dapat memahami skala internasionalnya.” Antara tahun 2012 dan 2014, Ratri bertugas mengelola koneksi dengan mitra internasional IDF.
Untuk mengembangkan karier di bidang manajemen seni, pada 2014 Ratri melanjutkan studi di jurusan Creative Producing & Management di California Institute of the Arts (CalArts), Los Angeles. Program studinya didukung oleh program beasiswa LPDP. Ratri juga merupakan salah satu penerima beasiswa pertama di bidang budaya. Setelah menyelesaikan studi pada 2017, Ratri bekerja sebagai produser independen di Los Angeles, memproduksi berbagai program termasuk pertunjukan dan pameran oleh seniman/sutradara/sineas Edgar Arceneaux (2017-kini), Didik Nini Thowok Residency di CalArts (2017), dan MXLA 2017 Forum on Cultural Trade antara Meksiko dan AS.
Sekembalinya ke Indonesia pada 2020, Ratri menjadi Manajer Program di IDF. Festival edisi 2020 ini memiliki tantangan unik, karena dunia sedang menghadapi pandemi. Edisi ini merupakan pertama kalinya festival dilakukan secara daring melalui kanal YouTube IDF. Bersama House Curator IDF Linda Mayasari dan tim program festival, ia mendorong dan mendukung penari dan koreografer untuk menjelajahi wilayah digital yang belum dipetakan, memindahkan pertunjukan ke layar dan bereksperimen dengan eksplorasi baru antara tubuh penari dan kamera.
Memasuki IDF 2022, bertepatan dengan peringatan 30 tahun festival, Ratri memimpin festival sebagai Direktur. Saat tiga dari pendiri IDF telah bersalin peran sebagai penasihat, posisi Ratri menandakan fase regenerasi dalam IDF, sebuah momen penyerahan tongkat estafet dari pendiri festival ke tim kerja baru yang melanjutkan komitmen IDF.
“IDF diciptakan oleh para pendirinya untuk memenuhi kebutuhan akan wadah yang menyediakan ruang bagi para penari dan koreografer Indonesia untuk menampilkan dan mempresentasikan karya mereka. Festival ini menjadi rumah bagi para penari dan koreografer untuk mempresentasikan karya mereka kepada khalayak internasional, mengembangkan karier mereka, serta memperluas jejaring.”
Ratri berencana memperluas jaringan internasional IDF, mengembangkan program residensi untuk mendukung pembuatan karya baru dan terus memberikan ruang untuk berkembang bagi semua yang terlibat dalam industri tari dan seni pertunjukan - termasuk penari, koreografer dan manajer seni yang sedang membangun karier mereka.
“Indonesia membutuhkan lebih banyak produser seni. Saya berharap IDF terus tumbuh sebagai platform bagi seniman, manajer seni, dan produser untuk mengembangkan keahlian dan karier mereka.”