Penulis :
Universitas Universal Batam
Narasumber :
– Prof. Pratiwi Sudarmono (Pakar Microbiologist dari Universitas Indonesia)
– Gisèle Vienne (Choreographer france)
– Ole Khamchanla (Choreographer Laos)
– Josh Marcy (Choreographer Indonesian)
RESILIENCE
Genetics of resilience: Implication from genome-wide association studies
Oleh Prof. Pratiwi Sudarmono (Pakar Microbiologist dari Universitas Indonesia)
Resilience adalah kemampuan seseorang untuk bisa bertahan terhadap semua hantaman atau hal yang merusak pada diri kita. Dengan adanya unsur genetik dalam DNA, kita bisa melewati hantaman.
Human Genome project.
Pencapaian manusia, dan menemukan peta dari genom manusia. Terdapat lebih kurang tiga miliar pasang di manusia. Ini adalah pencapaian hebat dari peneliti di seluruh dunia selama tiga belas tahun.
Advancement of Molecular Biology.
Ada tiga miliar pasang , namun fungsi yang dipakai sekitar 2000-an. Sebetulnya di dalam tubuh kita ada rangkaian musuh junk genom (gen benda asing/virus/bakteri) namun di dalam tubuh jinak. Pada saat ada pemicunya, gen tersebut aktif dan bisa menyerang tubuh manusia.
Jika DNA rusak, maka dengan sendirinya DNA akan memperbaiki dirinya (DNA Repair). Dengan demikian, tubuh kita mampu menangkal segala hambatan dan tahan dari segala sesuatu yang menyerang tubuh kita.
Tiga kemungkinan saat ada serangan/ hantaman pada DNA
- Sel akan diam dan bersembunyi di dalam suatu lingkungan
- Sel dimatikan sebagian
- Melawan seluruh hantaman menjadi suatu sel yang bertumbuh secara reguler.
Jika tiga hal diatas tidak berfungsi, maka akan manusia mati dikarenakan fungsi sel tidak mengalami perubahan.
Contoh :
1. Virus
Mengalami evolusi dan adaptasi untuk hidupnya agar bisa masuk ke dalam sel tubuh.
2. Bakteri
Jika ada antibiotik, maka bakteri akan mempertahankan diri dengan meregulasi genom dan bakteri akan kuat
3. Manusia
Adanya mutasi dan berevolusi. Virus dan bakteri akan terus berevolusi agar bisa masuk ke dalam diri manusia.
THE STORY OF SUPERBUG
Bakteri yang berkembang akibat dari penggunaan antibiotik yang berlebihan (berevolusi)
Jika manusia dan binatang terinfeksi oleh superbugs maka akan sulit untuk disembuhkan.
Bagaimana kita beradaptasi?
Akan selalu terjadi, dimana sel bisa tidur atau berkembang menjadi banyak. Untuk melindungi tubuh kita.
“Resilience memang ada di dalam tubuh kita. Adanya genom untuk memodulasi dan mengaktifkan gen untuk menghadapi adaptasi, evolusi, transformasi yang terjadi di dalam tubuh kita”
Karya koreografi mengenai keintiman di Masyarakat
Oleh Gisele Vienne, Perancis
“Crowd”
Karya ini melihat keberadaan saat ini dan juga kepercayaan diri, dengan demikian memberikan kebebasan kepada penari. Gagasan awal berasal dari karya tulis dari pengalaman mendalam. Memahami mengenai pengalaman tersebut dan menampilkan kembali dengan sebuah gerak.
“How you will disappear”
Karya ini mendefinisikan ketahanan setelah adanya trauma. Artistic Gymnastic di dalam karya tersebut menggambarkan kekerasan di masyarakat, penyalahgunaan kekuasaan, rasisme.
Dalam membentuk karya, koreografer melihat realitas dan diungkapkan melalui seni untuk membentuk pola persepsi. Bentuk-bentuk karya yang diciptakan oleh koreografer berisikan tentang kehidupan di masyarakat. Mengetahui sebab-sebab rasa sakit dalam skema psikologis. Memahami pola dan mempertanyakan tentang yang dialami. Rasisme, ketimpangan sosial, dan permasalahan lainnya lalu disampaikan oleh tubuh untuk menghadapi permasalahan dan menyelesaikan hal tersebut.
Interaksi Tubuh dan Ruang Untuk Membentuk Realita
Oleh Josh Marcy, Indonesia
Dilihat dari karya Josh Marcy “Spasial”
Mencari poin yang dicari, lahirlah tubuh dan ruang dan berproses dengan keduanya.
Ruang bukanlah unit/fisik yang terukur (bangunan,tempat atau sejenisnya) yang membatasi pergerakan gerak tubuh melainkan sebuah peristiwa. Ruang bersifat pasif dan adanya gerak menjadikan ruang bersifat dinamis.
Resilience dikaitkan dengan adaptasi dan proses dalam bertahan. Jika hanya diam tidak melakukan sesuatu dan tidak diikuti oleh perubahan tersebut maka tidak tepat dengan resilience tersebut.
Kesadaran mengenai tubuh dalam menghadapi kondisi saat ini (pandemi) yaitu kesadaran untuk melepaskan diri sejenak. Perlu adanya memberi ruang untuk merefleksikan tubuh setelah adanya rutinitas intens yang dilakukan sebelum pandemi. Disinilah menemukan hal-hal baru dalam perspektif tari disaat ketika menonton film, mendengarkan musik dan hal lainnya.
Dilihat dari karya Josh Marcy “The Meeting”
Membicarakan tentang pertemuan secara realitas. Dan disaat ini realita yang dihadapi adalah virtual, mencoba untuk melakukan pertemuan dan interaksi secara virtual. Para seniman juga sedang bereksperimen dengan media virtual.
“Contemporary Dance In Laos”
Oleh Ole Khamchanla, Laos
Dimulai dari cerita dan pengalaman pribadi. Mengikuti workshop dan bertemu penari di laos hingga berlatih menari bersama. Langkah awal yaitu bergabung dengan komunitas Hip Hop di Laos. Tari Tradisional dan Hip Hop paling berkembang di sana, bukan kontemporer dance atau balet.
Seiring berjalannya waktu, mengembangkan pertunjukan tari seperti street dance, Contemporary. Bentuk tari kontemporer adalah hal yang baru pada tahun 2007 dan belum berkembang saat ini di laos. Namun sejak festival 2010, membuka pengalaman mengenai pengembangan tari tradisional, hip hop dan contemporary dance dengan membentuk sebuah komunitas. Festival hadir untuk memberikan kesempatan kepada seniman untuk menampilkan karya mereka.