![[COMP] Gymnastik Emporium dan Warga Pulau Lae-Lae (1)](https://indonesiandancefestival.id/wp-content/uploads/2023/09/COMP-Gymnastik-Emporium-dan-Warga-Pulau-Lae-Lae-1.jpg)
Gymnastik Emporium dan Warga Pulau Lae-Lae Mengajak Audiens Mengenal Budaya Bahari
12 September 2023
Oleh: Titah AW
Editing dan terjemahan oleh Nina Hidayat
SONGKABALA LAE-LAE! adalah sebuah koreografi sosial yang dibentuk dari tradisi tolak bala lokal. Dalam kesempatan ini, Songkabala diadakan untuk menyuarakan aspirasi warga pesisir terhadap reklamasi yang berdampak pada kehidupan sehari-hari.
Gymnastik Emporium (GE) mengundang Anda untuk bertemu di Dermaga Kayu Bangkoa, Makassar pada 15 September 2023. Dari sana, Anda akan diajak menyeberang menuju Lae-Lae, sebuah pulau kecil berpasir putih yang sebagian besar warganya bermata pencaharian nelayan. Perjalanan ini menandakan dimulainya SONGKABALA LAE-LAE!, sebuah koreografi sosial yang diinisiasi GE melalui residensi di Makassar Biennale.
Berbeda dari karya “Senam Kota Kita: Pengantar Tubuh Kuat Hidup di Ibu Kota” yang dipentaskan di panggung Teater Besar dalam IDF 2022, karya ini akan dikemas sebagai peristiwa koreografi sosial di mana penonton diajak mengalami langsung gerak kehidupan warga dan konteks yang melatari karya ini.
GE membentuk SONGKABALA LAE-LAE! sebagai respons sikap warga Pulau Lae-Lae terhadap reklamasi di tanah mereka. Pulau yang berjarak sekitar 10 menit naik kapal dari kota Makassar ini menolak rencana pemerintah untuk menguruk 12,11 hektar wilayah laut dekat Pulau Lae-Lae demi kelancaran program CPI (Center Point of Indonesia). Selain merusak ekosistem laut, warga menilai rencana ini berorientasi bisnis dan mengesampingkan hak hidup mereka yang berpusat pada laut.
“Waktu riset, kami terpukau melihat daya juang dan kekompakan warga menolak reklamasi, terutama ibu-ibu di sana. Kami ingin tahu mengapa dan sejauh apa ibu-ibu bisa memiliki daya hidup dan ketahanan sebesar itu. Aku jadi ingat ibu-ibu Kendeng di Jawa,” jelas Irfanuddien Ghozali, direktur artistik GE.
![[COMP] Gymnastik Emporium dan Warga Pulau Lae-Lae (2)](https://indonesiandancefestival.id/wp-content/uploads/2023/09/COMP-Gymnastik-Emporium-dan-Warga-Pulau-Lae-Lae-2.jpg)
GE menggagas SONGKABALA LAE-LAE! sebagai terjemahan yang longgar atas konsep koreografi sosial, dan mengajak penonton untuk bersama-sama merayakan dan mengkhidmati kehidupan warga Pulau Lae-Lae. Konsep dan konteks karya ini dikembangkan, khususnya selama residensi yang GE jalani selama dua minggu di Makassar.
Dalam bahasa Bugis-Makassar, Songkabala sendiri berarti tolak bala. Ritual ini berkaitan erat dengan kepercayaan kuno masyarakat Bugis. Dipimpin oleh tetua adat, ritual Songkabala biasanya dilaksanakan menjelang matahari terbenam dengan membakar daun leko’ lanra (lawaran-legundi) dan beberapa sesaji lain. Mereka percaya, ritual ini dapat menghantarkan doa mereka menjadi energi untuk meminta perlindungan pada Sang Kuasa. Dalam karya SONGKABALA LAE-LAE!, ritual adat ini akan dirangkai dengan berbagai kegiatan sehari-hari warga seperti memasak dan merajut jala ikan.
Jumat, 15 September sore nanti penonton akan diajak melakukan perjalanan singkat naik kapal dari Dermaga Kayu Bangkoa di Makassar. Selama perjalanan, warga akan bercerita mengenai kehidupan di Lae-Lae, dan dampak rencana reklamasi yang mereka rasa mengubah harmoni keseharian mereka. Kapal akan berhenti di beberapa titik rencana reklamasi, sebelum berlabuh di Lae-Lae. Di pulau, audiens akan diajak mengikuti tur jalan kaki melewati beberapa lokasi di mana penonton akan disuguhi pertunjukan tari, hidangan laut dengan resep lokal, musik, dan dipungkasi dengan mengikuti ritual Songkabala. Peristiwa ini seperti merangkum gerak dan energi warga yang dialami secara langsung oleh penonton, seperti sebuah koreografi massal yang mengajak kita merayakan kehidupan warga Pulau Lae-Lae.
![[COMP] Gymnastik Emporium dan Warga Pulau Lae-Lae (3)](https://indonesiandancefestival.id/wp-content/uploads/2023/09/COMP-Gymnastik-Emporium-dan-Warga-Pulau-Lae-Lae-3.jpg)
Untuk menggarap karya ini, GE bekerja sama dengan aktivis yang tergabung dalam Kawal (Koalisi Lawan Reklamasi) Pesisir, pihak LBH (Lembaga Bantuan Hukum), dan warga Pulau Lae-Lae. Partisipasi warga memainkan peran besar dalam karya ini. “Pimpinan produksi dan direktur artistik ada dua, dari GE dan dari warga. Hal ini kami lakukan supaya aspek transparansi, solidaritas, dan spiritualitas yang menjadi dasar gerakan warga selama ini tetap terjaga,” jelas Ghozali.
Ini juga bukan kali pertama GE mengerjakan karya pertunjukan yang bersinggungan dengan isu sosial. Sebagai proyek seni lintas-disiplin, tiga tahun terakhir ini GE mengerjakan karya-karya berbasis pendekatan bersama warga dan membongkar batasan antara seni dan bidang-bidang lain. “Kami percaya setiap kelompok masyarakat punya selera artistik sendiri yang berharga untuk dimunculkan,” tambahnya.
Proses yang melibatkan warga dalam pembuatannya dan audiens dalam pertunjukan ini adalah advokasi dengan pendekatan kultural. GE melihat pendekatan hukum dan kultural perlu saling melengkapi, dan di situlah peran GE sebagai seniman multi-disiplin. “Selain menyuarakan aspirasi warga Pulau Lae-Lae, secara umum kami ingin mengampanyekan soal dampak reklamasi terhadap masyarakat maritim dalam skala yang lebih luas,” tutup Ghozali.
![[COMP] Gymnastik Emporium dan Warga Pulau Lae-Lae (4)](https://indonesiandancefestival.id/wp-content/uploads/2023/09/COMP-Gymnastik-Emporium-dan-Warga-Pulau-Lae-Lae-4.jpg)
GE berharap SONGKABALA LAE-LAE! bisa mengamplifikasi suara warga pulau dalam usaha membela ruang hidup dan laut yang mereka cintai. Sebagai sebuah peristiwa koreografi sosial, Songkabala Lae-Lae mengundang siapa saja di Makassar dan sekitarnya untuk turut bergerak, menikmati pertunjukan, dan merayakan hidup kepulauan bersama-sama.
SONGKABALA LAE-LAE! merupakan bagian dari Lawatari, program gagasan IDF yang berangkat dari semangat mengenal konteks lokal di kantong-kantong seni pertunjukan di beberapa wilayah Indonesia. Di Makassar, IDF menggandeng Makassar Biennale sebagai mitra. Rangkaian program Makassar Biennale tahun ini bergulir pada 9 September-30 Oktober di Makassar, Pangkep, Parepare, Labuan Bajo, dan Nabire dan mengusung tema abadi Maritim. Selain Makassar, Lawatari juga akan digelar di Padang Panjang dan Yogyakarta sebagai bagian dari seri program Road to IDF 2024.
Semua foto dalam artikel ini adalah dokumentasi Makassar Biennale pada kunjungan pertama Gymnastik Emporium ke Pulau Lae-Lae.