Loading Events

Berkolaborasi dengan Invisible Dance, proyek Goethe-Institut dan Indonesia

Platform laboratorium seni dengan berbagai visi, pendekatan, format, dan target partisipan kian marak di skena seni kontemporer kita hari ini. Meskipun menekankan pentingnya proses penciptaan, bukan berarti platform semacam ini tak mengindahkan hasil. Hanya saja yang disebut sebagai “hasil” dimaknai dengan cara yang lebih subtil dan cair, dalam pengertian “hasil” bukan hanya karya seni, tetapi dialog, pertukaran, sistem saling dukung juga menjadi nilai yang diunduh bersama. Platform laboratorium seni juga memungkinkan proses kolektif, di mana penyelenggara dan partisipan lebur bersama-sama menguji coba cara kerja, saling meninjau perspektif dan zona nyaman, mempertanyakan sistem seni, dan menawarkan preposisi praktik seni yang transformatif dan bermakna bagi konteks tertentu.

Catatan di atas menggerakkan Kampana – Akademi IDF dan Invisible Dance, proyek Goethe Institut India dan Indonesia membuka percakapan tentang praktik laboratorium seni berbasis proses. Di dalam percakapan ini, pembicara akan bertukar tentang ragam pengalaman praktik laboratorium seni yang dijalankan, sebelum berusaha memantulkannya dengan dinamika medan seni dan sosial yang ditemui di lingkup Indonesia, regional, dan Internasional. Selain itu percakapan ini juga akan membuka ruang untuk berpikir bersama tentang bagaimana tari dapat atau telah menjadi wahana perubahan sosial dan terhubung dengan komunitas lokal serta terlibat dalam jaringan internasional alternatif. Bagaimana platform laboratorium berbasis proses ini bekerja dalam diskursus kesenian? Bagaimana pendekatan atas laboratorium semacam ini menurunkan ragam pendekatan praktiknya? Bagaimana pengaruhnya dalam wilayah artistik dan estetik? Apa potensi politis dari platform ini di ranah sosial, dan ekonomi politik? Bagaimana posisi dan peran yang bisa yang diambil oleh institusi penyelenggara platform laboratorium seni; kaitannya kotak-kotak dengan perspektif yang beragam, kuasa penentu nilai, dan kepentingan-kepentingan lainnya? Suara dan perspektif mana yang hadir dalam kolaborasi, mana yang tidak, dan mengapa demikian? Bagaimana peserta kolaborasi melihat lebih dekat praktik dari dalam seni pertunjukan yang telah mampu menghasilkan transformasi signifikan dalam komunitas dan konteks lokal, serta memberikan wawasan tentang proyek terbaru mereka sendiri. Seberapa jauh praktik laboratorium mempengaruhi pertumbuhan ekosistem komunal dan kolektif di sekitarnya? Seberapa jauh praktik laboratorium berpengaruh pada akses infrastruktur dalam ekonomi sosial dan politik yang berlangsung dalam situasi masyarakat di sekitarnya? Seberapa jauh kerja kolaborasi dalam praktik laboratorium memungkinkan terjalinnya aliansi atau jejaring kerja baru dalam lingkup lokal maupun global/ internasional? Bagaimana aliansi tersebut dapat menggerakkan tari keluar dari ranah yang dikenalinya dan menjajaki hubungan yang tidak terduga di masa depan yang tak pasti?

Tentang Invisible Dance

Invisible Dance merupakan proyek Goethe-Institut di India dan Indonesia, bertujuan mendukung perkembangan tujuh proyek artistik di Indonesia dan India. Proyek ini diselenggarakan antara bulan Juni-November 2022 melalui dukungan hibah dana dan dramaturgi.

Sebagai kolaborasi antara Indonesia dan India, proyek ini dimaksudkan sebagai laboratorium untuk berpikir, mempelajari, dan mengumpulkan gerakan tubuh di dalam sosial dan dalam kaitannya dengan gerakan sosial pada umumnya. Mandeep Raikhy diundang sebagai Dramaturg/Koordinator Proyek untuk India sedangkan Teater Garasi bertindak sebagai tim direktur artistik untuk pihak Indonesia. Proyek ini dilakukan dalam dua fase – lokakarya kolaboratif pada bulan Juli dan produksi karya performatif yang berpuncak pada presentasi karya dalam proses (work-in-progress).

Pembicara:
Nia Agustina
Arsita Iswardhani
Mandeep Raikhy
Katharina Kucher
Eka Wahyuni

Moderator:
Josh Marcy

Venue: Teater Jakarta Indoor Lobby

30 Tahun Indonesian Dance Festival – RASA: Beyond Bodies

Tahun 2022, Indonesian Dance Festival (IDF) menginjak usia ke-30, usia yang pada umumnya dianggap matang dan mapan. Untuk peringatan 30 tahunnya, melalui tema “RASA: Beyond Bodies” IDF merefleksikan dan meninjau langkah-langkah yang telah ditempuh dan berspekulasi tentang apa yang selanjutnya akan bermanfaat bagi perkembangan tari Indonesia.

Go to Top