“Taulang” atau terulang adalah sebuah pembacaan terhadap tubuh yang mengalami kekerasan verbal sejak usia anak-anak, di ruang yang seharusnya paling aman –rumah. Jamak terjadi dalam relasi orang tua dan anak, namun jarang disadari.
“Ana-ana ni musti didik dong deng karas. Kalo seng, beso-beso dong kurang ajar,” (Anak-anak harus dididik dengan keras. Kalau tidak, di masa depan akan kurang ajar) begitu salah satu prinsip yang terpatri pada pola asuh banyak orang tua di Maluku. Sayangnya, hal ini bisa menciptakan bentuk penormalan atas tindakan kekerasan pada anak. Beberapa orang tua mengaku bahwa mengatai anak bodoh, pemalas, atau kurang ajar adalah bentuk motivasi, alih-alih ujaran kebencian. Padahal ujaran negatif dan meremehkan seperti itu justru bisa terekam di alam bawah sadar dan meracuni proses pertumbuhan anak-anak mereka hingga dewasa.



