Loading Events

Tahun 2021 lalu tari Indonesia kehilangan salah satu sosok maestro, Martinus Miroto, yang telah berkontribusi signifikan melalui karya-karyanya. Sosok kelahiran 1959 ini, selain dikenal dengan karya-karya koreografinya, juga membuka ruang bagi seniman melalui berbagai inisiasinya membangun Studio Banjarmili sejak 2001 juga memulai Bedog Arts Festival pada 2007. Karya Penumbra yang bermula dari tugas akhir Miroto untuk mendapatkan Master of Fine Arts (M.F.A) di University of California Los Angeles (UCLA) tahun 1995, menjadi salah satu titik penting dalam sejarah kekaryaannya. Melihat sekilas sejarah panjang perjalanan Miroto di dunia tari, tentu kita dapat membayangkan bahwa ini tidak terlepas dari dua hal, disiplin latihan dan proses berpikir. Keduanya kemudian tidak hanya beliau terapkan pada diri sendiri, namun kepada penari-penari yang terlibat dalam karya-karyanya. Maka untuk memahami bagaimana proses berpikir Miroto kita perlu merasakan disiplin latihan beliau, begitupun sebaliknya, memahami pemikiran Miroto akan membuat kita terhubung lebih mudah dengan disiplin latihan beliau.

Dengan pertimbangan tersebut maka workshop kali ini akan dibagi menjadi dua sesi. Sesi 30 menit pertama, peserta akan mendengarkan cerita dan testimonial dari penari generasi awal Miroto Dance Company, yaitu Agung Gunawan, lalu dilanjutkan dengan latihan ketubuhan yang dibersamai oleh Anter Asmorotedjo.

  • Martinus Miroto

    Martinus Mirotolahir pada 28 Februari 1959 di desa Turusan, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan kesenian. Di sela-sela waktu bersekolah, Miroto belajar menari di Keraton Yogyakarta dan menjadi penari Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja. Selain menjadi penari, ia juga belajar menata tarian dalam skala besar. Semasa kuliah, ia mendapatkan kesempatan belajar langsung dengan koreografer-koreografer ternama.

Lawatari

Lawatari dibentuk dari gabungan dua kata – lawat dan tari. Gabungan ini mewakili gagasan Indonesian Dance Festival (IDF) untuk terhubung dengan pegiat seni pertunjukan di luar Jakarta melalui pementasan karya. Diadakan dalam kolaborasi dengan mitra lokal, program ini membawa semangat berkunjung dan mengenal konteks di area-area yang disambangi. Lawatari diadakan di Makassar, Padang Panjang, dan Yogyakarta sebagai bagian dari seri program Road to IDF 2024.

Go to Top